BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Perkembangan
yang terjadi pada anak SD meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani
baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan berarti serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman. Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan
sifat sosial dan sebagian lagi tidak.
Orang
yang lebih banyak merenungi diri dan lebih suka menyendiri daripada
bersama-sama dengan orang lain atau introvert, secara alamiah memang sudah
bersifat demikian. Mereka yang bersifat sosial dan pikirannya lebih
banyak tertuju pada hal-hal di luar
dirinya atau ekstrovert, juga sudah bersikap seperti itu karena alamiah yaitu
faktor keturunan. Sedangkan orang yang menentang masyarakat yaitu orang yang
antisosial, dan orang yang biasanya menjadi penjahat, diyakini oleh masyarakat
tradisional sebagai warisan dari pada salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh
orang tuanya. Hanya sedikit bukti
yang menunjukan bahwa orang dilahirkan dalam keadaan sudah bersifat sosial,
tidak sosial dan antisosial, dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukan bahwa
mereka bersifat demikian karena hasil belajar.
Akan
tetapi, belajar menjadi pribadi yang sosial tidak dapat dicapai dalam waktu
singkat. Anak-anak akan belajar searah dengan daur (siklus), dengan periode
kemajuan yang pesat diikuti oleh garis mendatar (plateau). Pada garis mendatar
ini hanya terdapat sedikit kemajuan dalam diri anak. Periode kemajuan yang
pesat bahkan kadang-kadang diikuti
oleh tahap kemunduran ketingkat perilaku sosial yang rendah. Seberapa cepat
anak dapat meningkat kembali dari garis mendatar itu sebagian besar bergantung
pada kuat lemahnya motivasi mereka untuk bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun pembahasan yang
akan dibahas dalam jurnal perkembangan sosial anak SD ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
a.
Definisi
perkembangan sosial
b.
Perkembangan
sosial pada anak SD
c.
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak SD
d.
Bentuk
tingkah laku sosial anak SD
e. Pengaruh
Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
1.3.
Prosedur Pemecahan Masalah
Pada usia SD (6-12 tahun), salah satu tugas yang diperlukan
adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan
rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini, area sosialnya
bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga
semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu
mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima
kehadirannya, dan lain sebagainya. Tingkatan ini
menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya
sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana
yang ada harus dapat diwujudkan, yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak
pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah
itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut, anak dapat mengembangkan
suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka
merasa tidak mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap
rendah diri. Oleh sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangatlah penting
untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia seperti ini.
Kegagalan di bangku sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa
anak-anak yang cenderung lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada
belajar, dan hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan orang tua maupun guru
dalam mengontrol mereka.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab
ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan
masalah, dan sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab
ini diuraikan tentang pembahasan perkembangan
social anak sd dan aspek aspek yang dapat membantu memecahkan masalah di
antaranya memberikan paradigma pendidikan ips, tindakan sosial dan lembaga
sosial, memberikan pencerahan dari dampak konflik dan perubahan social dan evaluasi lingkungan.
BAB III
METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Di
jelaskan tentang metodelogi pemecahan masalah dengan dua cara, yaitu metode
kualitatif dan metode kuantiatif.
BAB IV
PEMBAHASAN DARI RUMUSAN MASALAH
Bab ini
menguraikan pembahasan dari rumusan masalah yang telah di tulis di atas dengan
lebih jelas dan efektif
BAB V
PENUTUP
Bab ini
berisi tentang kesimpulan dari jurnal di atas .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. HAKEKAT
DAN MAKNA PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
Ø DEFINISI PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku
yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara
social di masyarkat maupun di eluarga, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh
kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa Perkembangan
sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam
artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan
sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan
orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan
sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain,
terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum
dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras)
dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia
yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan
terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan
bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat
hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semamin
bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya, dalam
arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh
interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati
yang dimiliki oleh manusia.
2.2. PERKEMBANGAN
SOSIAL ANAK SD
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial
siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik
sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari
dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial
anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka
tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah
diharapkan pada dunia pengetahuan.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar
mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah
diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat.
Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai
beberapa sifat khas sebagai berikut :
1) Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang kongkrit.
2) Amat realistik, ingin tahu dan ingin
belajar.
3) Menjelang akhir masa ini telah ada
minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti
teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,
4) Pada umumnya anak menghadap
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri.
5) Pada masa ini anak memandang nilai
(angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
6) Anak pada masa ini gemar membentuk
kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.
Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar
adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual,
emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada
masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi
tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang
menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun
mereka dalam usia yang sama.
Perkembangan terjadi dalam proses tempat seseorang
terus menerus meguji kekuatannya
berhadapan kekuatan-kekuatan yang datang dari luar. Perlu berusaha,
mengatasi dan menaklukannya.
Anak-anak tersebut terus menerus mencoba dan belajar sering
lewat pengalaman yang pahit dan keras atas cara-cara yang dapat membuat ia
berhasil, dan dalam lingkungan tempat ia harus berkembang.
(foot
note ke 1)
2.3. FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
Perkembangan
sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika
berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
Dalam keluarga, terjadi proses sosialisasi yaitu proses
pengintegrasian individu ke dalam kelompok sebagai anggota kelompok yang
memberikan landasan sebagai makhluk sosial. Di dalam keluarga itu terjadi
proses pendidikan dalam arti proses ”pendewasaan” dari individu yang tidak
berdaya kepada calon pribadi yang mengenal
pengetahuan dasar, norma sosial, nilai-nilai, dan etika pergaulan.
Keluarga juga berpengaruh terhadap prilaku anak. Anak dapat
memiliki prilaku antisosial. Hubungan faktor keluarga dengan prilaku antisosial
sudah dikaji ulang oleh Sula Wolf. Ia mendapatkan bahwa faktor-faktor berikut
ini secara statistik berhubungan dengan gangguan tingkah laku (Wolf, 1985):
·
Ketiadaan ayah
·
Kehilangan salah satu orangtua karena perceraian ketimbang
karena kematian
·
Ibu yang depresi
·
Orangtua yang cepat marah
·
Perpecahan perkawinan
·
Kerugian dalam hal sosioekonomi
·
Ukuran keluarga yang besar
2. Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan
fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan
menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional,
disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak
memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka
dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan
Intelegensi
Istilah emosi berasal dari kata dalam bahasa latin emotere yang berarti kecenderungan untuk
bertindak.Intelegensi emosi adalah konsep hibrida. Artinya, ia merupakan
bentukan baru yang menggabungkan antara konsep intelegensi dan emosi. Itulah
sebabnya ada yang menyatakan konsep itu aneh, sulit, diterima atau
mengada-ngada. Karena, intelegensi dan emosi umumnya dianggap sebagai dua hal
yang bertolak belakang. Boleh jadi, karena itu umumnya intelegensi dianggap
identik dengan proses mental yang
tertata, sedangkan emosi dianggap identik dengan proses mental yang
kacau.
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak
hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan
emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang
berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena
itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan
keberhasilan perkembangan sosial anak.
Kalau emosi anak-anak dapat ditenangkan dengan hal-hal yang
rasional, mereka akan mampu memasuki bentuk pemahaman yang paling dalam, yang
muncul diaktifkan. Keseluruhan kekuatan mental mereka dalam kegiatan
bersama-sama, perasaan-perasaan memperkuat daya nalar dan daya nalar memberi
terang pada perasaan.
2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK DIDIK
1. Faktor teman sebaya
Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua
orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri,
seperti kesamaan tingkat usia
(Hetherington & Parke, 1981). Akan tetapi, belakangan definisi teman sebaya
lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis (Lewis &
Rosenblum, 1975).
Sejumlah penelitian telah
merekomendasikan betapahubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang
sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok teman
sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan
perbadingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik
tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak
mengevaluasi apakah yang meraka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari
yang dilakukan oleh anak-anak lain. Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak
ukur untuk membandingkan dirinya. Proses perbandingan sosial ini merupakan
dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak (Hetherington & Parke, 1981).
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan
lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya,
sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak
menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam
suasana bermain. Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai
pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-sikap
menguasai anak-anak lain, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau
pola-pola kepribadian.
Konflik-konflik
terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan
norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Di satu pihak ia ingin
mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh di rumah, sedangkan di
pihak lain lingkungan menuntutsi anak untuk memperlihatkan pola yang lain, yang
bertentangan dengan pola yang sudah ada, atau sebaliknya. Makin kecil kelompoknya,
di mana hubungan-hubungan erat terjadi, makin besar pengaruh kelompok itu
terhadap anak, bila dibandingkan dengan kelompok yang besar yang
anggota-anggota kelompoknya tidak tetap.
Pada usia anak SD sekitar usia 7 hingga
11 meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
2.
Keragaman budaya
Antara manusia dan kebudayaan terjadi hubungan yang sangat
erat, karena menjadi manusia tidak lain adalah merupakan bagian dari hasil
kebudayaan itu sendiri. Hampir semua
tindakan manusi merupakan produk kebudayaan. Kecuali tidakan yang sifatnya
naluriah saja (animal instinct) yang
bukan merupakan kebudayaan. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan
dengan cara belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi, dan akulturasi.
Karena itu, budaya bukanlah sesuatu yang statis dan kaku, tetapi senantiasa
berubah sesuai perubahan sosial yang ada.
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar
pengaruhnya bagi mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku
anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat
tinggal mereka.
Pada masa-masa perkembangan, seorang anak didik sangat mudah
dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berkembanga di masyarakat, baik budaya yang
membawa ke arah prilaku yang positif maupun budaya yang akan membawa ke arah
prilaku yang negatif.
3.
Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau
mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat
besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media massa,
seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat.
Media massa dapat
merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang
sangat berpengaruh adalah media masa saat ini berkembang semakin canggih.
Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi
kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televisi sangat mudah
mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui
acara yang disiarkannya.
Televisi adalah media massa dalam pengertiannya yang sangat
dasar, yakni permisif dan massif. Permisif diartikan sebagai
sesuatu yang serba boleh. Massif diartikan sebagai secara serentak dan tanpa
alternatif.
2.5. Bentuk –
Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan
menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial
diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini
terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai
muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai
menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap
anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras
kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami
sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah
independent.
2. Agresi (Agression)
Yaitu
perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa
karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini
diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain
sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi,
mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan
anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan
semakin memingkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi
jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing)
Menggoda
merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan
untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai
terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam
tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu
sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga
tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini
semakin berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu
tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap
bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam
dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam
memenuhi interest atau keinginannya.
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang
mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.
4.7
ASPEK-ASPEK YANG DAPAT MEMBANTU PERMASALAHAN PERKEMBANGAN
SOSIAL ANAK SD
1. Memberikan paradigma pendidikan ips
Memberikan pengetahuan social bagi anak
sekolah dasar sangat penting guna mengontrol perkembangan sosial yang terjadi
di masyarakat, karena pendidikan ips mencakup interaksi yang ada di masyarakat
sehingga anak bisa mengikuti perkembangan sosial dengan positif.
2. Tindakan
sosial dan kelembagaan sosial
Tindakan yang
harus di berikan kepada anak seusia sd adalah memberikan pendidikan, pengarahan
dan pengawasan, sehingga tingkah-laku anak dapat terkontrol seperti bersekolah
di sekolah yang bagus, mengikuti les, memgikuti pengajian dll.
3. Pemecahan
dari dampak konflik dan perubahan sosial
Sebagai
mahluk sosial manusia tidak lepas dengan yang namanya konflik dan senantiasa
mengikuti perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Hendaknya kita sebagai calon
pendidikan harus memberikan mencerahan tentang konflik yang sedang di alami
anak tersebut, dan memberikan pengarahan kepada anak selalu menghindari konflik
karena akan mempengaruhi perkembangan social anak tersebut.
4. Evaluasi lingkungan
Untuk mengawasi anak
didik kita dari dampak negatip perkembangan social, hendaknya kita sebagai
orang tua murid menperhatikan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh
pada trens negatip perkembangan social seperti dalam pergaulan, teman dan
budaya di lingkungan tersebut
BAB III
METODOLOGI
3.1 KUALITATIF
Metode
ini adalah metode pengambilan data dengan variable seperti halnya pendataan
perkembangan sosial anak SD dengan cara mengidentifikasi lingkungannya,
pendidikan, dan pergaulannya data tersebut dikumpulkan dan di tulis dengan
variable. Metode ini sangat berguna untuk membantu penelitian perkembangan sosial anak SD.
Laporan berdasarkan
metode kualitatif mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan/ atau
pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk
membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan,
seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti
apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian. Dalam pembacaan
melalui catatan lapangan dan wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagian
data yang akan diperhalus untuk presentasi sebagai deskripsi murni dalam laporan
penelitian. Apa yang akan dimasukan melalui deskripsi tergantung pada
pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti. Sering keseluruhan aktivitas
dilaporkan secara detail dan mendalam karena mewakili pengalaman khusus.
Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh
tentang apa yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang dilaporkan
(Genzuk, 2003 : 7-8).
3.2 KUANTIATIF
Metode
ini mengumpulkan data yang berbentuk angka seperti halnya jumlah perkembangan
sosial anak SD di suatu sekolah dapat di kelompokan dengan data kuantiatif.
Contohnya anak yang berperilaku baik 75%, kurang baik 25%.
Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk memperoleh data dan fakta
tentang (1) Definisi perkembangan sosial, (2) perkembangan
sosial pada anak SD, (3) faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak SD, (4) bentuk
tingkah laku sosial anak SD, (5) pengaruh
Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara.
Temuan
Penelitian
Pertama, tentang definisi perkembangan
sosial berarti
perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berperilaku yang dapat diterima secara sosial di masyarakat maupun di keluarga, memenuhi tuntutan yang
diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap
kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial anak SD ini
Kedua, tentang
perkembangan sosial pada anak SD yang meliputi karakter dan sikapnya. Pada masa
ini, anak mulai mengenal lingkungannya. Anak mulai merasa realistis, ingin
tahu, dan mulai ingin belajar.
Ketiga, tentang
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak SD. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak SD, yaitu keluarga,
kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan,
dan kapasitas mental. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang
memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Untuk dapat bersosilisasi dengan
baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan
proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat
menentukan. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak
memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka
dimasa yang akan datang.
Intelegensi emosi adalah konsep hibrida. Artinya, ia
merupakan bentukan baru yang menggabungkan antara konsep intelegensi dan emosi.
Keempat, tentang bentuk tingkah laku
anak SD. Bentuk tingkah laku anak SD diantaranya, pembangkangan, agresi,
bertengkar, menggoda, kerja sama, persaingan, tingkah laku berkuasa,
mementingkan diri sendiri, dan simpati.
Kelima, pengaruh perkembangan sosial
terhadap tingkah laku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar