Selasa, 11 Juni 2013

analisis kasus

1.      Kasus tawuran
Tawuran antar pelajar merupakan fenomena sosial yang sudah dianggap umum oleh masyarakat di Indonesia. Seperti dalam sebuah film yang telah kita lihat, remaja memakai seragam sekolah melakukan tawuran dengan sekolah lain. Tawuran antar pelajar sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban yang lebih maju. Jika seseorang sudah terbiasa melakukan tawuran tersebut, maka ia akan lebih senang melakukan hal tersebut dibandingkan dengan masuk dikelas pada kegiatan belajar mengajar.
Tawuran tersebut telah menjadi kegiatan yang turun temurun pada sekolah tersebut. Sehingga tidak heran apabila ada yang berpendapat bahwa tawuran sudah membudaya atau sudah menjadi tradisi pada sekolah tertentu seperti hal nya beberapa sekolah smk swasta disukabumi. Kerugian yang disebabkan oleh tawuran tidak hanya menimpa korban dari tawuran saja, tetapi juga mengakibatkan kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut. Tentunya kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Akibatnya masyarakat menjadi resah terhadap kegiatan pelajar remaja.
Perubahan sosial yang diakibatkan karena sering terjadinya tawuran, mengakibatkan norma-norma menjadi terabaikan. Menurut saya salah satu cara untuk mengurangi tindak kriminal tersebut diantaranya Pemerintah dan harus tegas dalam menerapkan sanksi hukum, misalnya sanksi untuk orang yang tawuran diperberat supaya mereka merasa jerah melakukan tawuran mereka akan berpikir seratus kali jika akan melakukan tawuran lagi. Dari pihak sekolah juga bisa menambah kegiatan disekolah sepeti ekstrakulikuler sehingga siswa disibukan dengan aktifitas positif disekolah dibanding melakukan tawuran, Karena bagaimanapun mereka adalah aset bangsa yang berharga dan harus terus dijaga untuk membangun bangsa ini.





2.      kasus anak jalanan
Masalah anak jalanan adalah masalah yang sangat kompleks yang menjadi masalah kita bersama. Pemerintah harus lebih peka dalam menyelesaikan masalah sosial tersebut. Seperti film yang telah kita lihat, anak seusia sd sudah melakukan hal yang tidak baik padahal pemerintah sudah membuat peraturan wajib belajar 9 tahun. Masalah ini tidak dapat ditangani hanya oleh satu pihak saja melainkan harus ditangani bersama-sama oleh berbagai pihak yang perduli terhadap permasalahan ini dan juga dapat diatasi dengan diadakannya program yang komprehensif dan tidak akan dapat tertangani secara efektif bila dilaksanakan secara individu.
Penanggulangan dapat dilakukan dengan membuat program peningkatan kesadaran masyarakat. Program ini dilakukan supaya masyarakat sadar dan peduli terhadap anak jalanan yang berada di sekitar. Kegiatan ini dapat berupa penerbitan bulletin, poster, buku-buku, iklan layanan masyarakat di TV, dan sebagainya.
Program penanggulangan diatas diharapkan bisa memberikan kesadaran penuh kepada anak-anak jalanan bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi kehidupan sosialnya dan membuat mereka percaya bahwa mereka bisa hidup lebih sejahtera dibandingkan dengan keadaan mereka saat ini .
Bangsa Indonesia tidak akan bisa maju selama bangsa ini belum bisa menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. Penyelesaian tersebut tidak akan bisa tercapai selama para pemimpin pusat dan para pemimpin daerah hanya sibuk memanfaatkan kepercayaan yang masyarakat berikan sebagai aset untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya dengan cara tidak menyalurkan dana yang seharusnya diberikan untuk kesejahteraan masyarakat seharusnya para pemimpin harus lebih peduli dengan keadaan yang seperti ini jangan hanya memikirkan dirinya sendiri. Hal ini akan menyebebkan orang yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin dan terpuruk, serta tidak akan tercapai selama pemerintah pusat dan daerah belum mempunyai kesadaran untuk lebih mementingkan kesejahteraan masyarakat dibanding kesejahteraan sendiri.

Jumat, 07 Juni 2013


PROBLEMA MASUK DAN PERSEBARAN ISLAM DI INDONESIA

Description: D:\LOGO UMMI.jpg

Disusun oleh  : PGSD B
    Ketua      : Dharma wilar            063161111066
Anggota     :  Dwi Nuri Astuti        063161111062
                                         Wistiana Supriyadi  063161111044
                                          Fiska Lestari             063161111067
                                          Argie Gilang H         063161111060
                                          Riski Oktaviani        063161111082


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jln. R.Syamsudin, SH. No.50 Sukabumi Telp.(0266) 218345Fax.(0266)218345
Websait: www.ummi.ac.id E-Mail :info ummi@yahoo.com



PROBLEMA MASUK DAN PERSEBARAN ISLAM DI INDONESIA

A.    Problema masuknya islam di Indonesia

Siapakah Pembawa Islam ke Indonesia?
Masuknya islam ke Indonesia agak unik bila di bandingkan dengan masuknya islam ke daerah-daerah lain. Keunikannya terlihat kepada proses masuknya islam ke Indonesia yang relatif berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai di bawa oleh para pedagang dan mubaligh. Sedangkan islam yang masuk ke daerah lain pada umumnya banyak lewat penaklukan, seperti masuknya islam ke Irak, Iran (Parsi),Mesir, Afrika utara sampai ke Andalusia. Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya andil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
v Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:
  1. ukiran batu nisan gaya Gujarat.
  2. Adat istiadat dan budaya India islam.
v Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
  1. Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
  2. Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
  3. Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
v Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain:
  1. Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
  2. munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
v China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ?), mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
  1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
  2. Beberapa makam China muslim.
  3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.

Ø Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia
Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke-7 dan 8 :
Pada sekitar abad ke-7 dan 8, pada saat kerajaan sriwijaya mengembangkan kekuasaannya selat malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Seminar tentang masuknya islam ke Indonesia di laksanakan di Medan pada tahun 1963 dan di kuala simpang Aceh pada tahun 1980. Kedua seminar tersebut sepakat mengatakan bahwa islam telah masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriah langsung dari Arab. Seminar tersebut di lanjutkan dengan seminar di Banda Aceh tahun 1978 menegaskan bahwa keeajaan islam pertama adalah Perlak, Lamuri, Pasai.
Satu hal yang dapat di kemukakan bahwa masuknya islam ke Indonesia tidak bersamaan, ada daerah-daerah yang sejak dini telah di masuki oleh islam, di samping ada daerah yang terbelakang di masuki islam.

Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Durasi penyebaran awal Islam Indonesia dalam kisaran abad ke-7 hingga 13 Masehi. Penyebarnya berasal dari Arab, Persia, dan India (Gujarat, Benggala). Profesi para penyebar umumnya pedagang, mubalig, wali, ahli-ahli tasawuf, guru-guru agama, dan haji-haji. Mereka menyebarkan Islam lewat sejumlah saluran. Saluran-saluran ini berlangsung dalam enam aras, yaitu perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni dan tawaran pembentukan masyarakat egalitarian dalam strata sosial.



B.  Persebaran Islam di Indonesia

Penyebaran Agama Islam di Indonesia di mulai sejak Islam yang dibawa oleh pedagang dari jazirah Arab sekitar tahun 173 H. Pedagang-pedagang tersebut disamping melaksanakan tugas perdagangan juga melaksanakan dakwah.
Problema penyebaran Islam pada masa tersebut, para pedagang berhadapan dengan para penguasa yang saat itu masih memakai sistem kerajaan. Karena itu para pedagang dalam menyiarkan Islam terlebih dahulu berhadapan dengan raja-raja. Di kesultanan Malaka para pedagang diantar keistana oleh syahbandar, begitupun pada kerajaan-kerajaan lainnya.


Penyebaran agama pasca kemerdekaan, berbeda dengan zaman penjajahan. Dinamika penyebaran agama pasca kemerdekaan diwarnai dengan lahirnya tokoh-tokoh agama dari berbagai corak pemikiran, seperti corak pemikiran nasionalis yang dimotori oleh Sukarno serta corak pemikiran Islamis yang dimotori oleh Masyumi.
Di samping itu muncul gerakan-gerakan dakwah seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Persis, Dewan Dakwah Islam.

Persoalan dan Hambatan                    
Pada tataran filosofis dan praksis  Islam di Indonesia tak luput dari bermacam persoalan baik yang bersifat akut maupun faktual. Persoalan akut seperti diskursus yang tak kunjung usai antara ilmu agama dan ilmu umum. Sementara problema faktual lebih terkait pada masalah-masalah teknis implementatif pelaksanaan pendidikan Islam.
Berbagai persoalan dan hambatan mencuat dalam penyelenggaraan pendidikan Islam tak dapat dielakkan sebagai ekses dari implementasi kebijakan pendidikan nasional yang di disain pemerintah. Persoalan di hulu yang berkaitan filosofis pendidikan Islam telah menimbulkan diskursus, demikian pula di hilir pada tataran implementatif pendidikan Islam masih jauh dari kesempurnaan spirit ajaran Islam. Senyata dan sejatinya nilai-nilai Islam sangat universal dan pengejawantahan nilai-nilai Islam akan membawa manfaat bagi semua (rahmatan lil alamin).


DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/search?q=problematika%20masuknyaislam&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&source=hp&channel=np
Ekoprasito, Membela Agama Tuhan: Potret Gerakan IslamPusaran Komplik Global, Jokyakarta: IPPI, 2003.
Daulay,Haidar P, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Medan, 2007.

Rabu, 05 Juni 2013

jurnal ips



BAB I
PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG
Perkembangan yang terjadi pada anak SD meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian lagi tidak.
Orang yang lebih banyak merenungi diri dan lebih suka menyendiri daripada bersama-sama dengan orang lain atau introvert, secara alamiah memang sudah bersifat demikian. Mereka yang bersifat sosial dan pikirannya lebih banyak tertuju pada hal-hal di luar dirinya atau ekstrovert, juga sudah bersikap seperti itu karena alamiah yaitu faktor keturunan. Sedangkan orang yang menentang masyarakat yaitu orang yang antisosial, dan orang yang biasanya menjadi penjahat, diyakini oleh masyarakat tradisional sebagai warisan dari pada salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh orang tuanya. Hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa orang dilahirkan dalam keadaan sudah bersifat sosial, tidak sosial dan antisosial, dan banyak bukti sebaliknya yang menunjukan bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar.
Akan tetapi, belajar menjadi pribadi yang sosial tidak dapat dicapai dalam waktu singkat. Anak-anak akan belajar searah dengan daur (siklus), dengan periode kemajuan yang pesat diikuti oleh garis mendatar (plateau). Pada garis mendatar ini hanya terdapat sedikit kemajuan dalam diri anak. Periode kemajuan yang pesat bahkan kadang-kadang diikuti oleh tahap kemunduran ketingkat perilaku sosial yang rendah. Seberapa cepat anak dapat meningkat kembali dari garis mendatar itu sebagian besar bergantung pada kuat lemahnya motivasi mereka untuk bermasyarakat.




1.2     Rumusan Masalah
Adapun pembahasan yang akan dibahas dalam jurnal perkembangan sosial anak SD ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Definisi perkembangan sosial
b.      Perkembangan sosial pada anak SD
c.       Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak SD
d.      Bentuk tingkah laku sosial anak SD
e.       Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku

1.3.    Prosedur Pemecahan Masalah
  Pada usia SD (6-12 tahun), salah satu tugas yang diperlukan adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini, area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya. Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan, yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut, anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri. Oleh sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia seperti ini. Kegagalan di bangku sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak yang cenderung lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada belajar, dan hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan orang tua maupun guru dalam mengontrol mereka.




1.4     Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah,  dan sistematika penulisan

BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang pembahasan perkembangan social anak sd dan aspek aspek yang dapat membantu memecahkan masalah di antaranya memberikan paradigma pendidikan ips, tindakan sosial dan lembaga sosial, memberikan pencerahan dari dampak konflik dan perubahan social  dan evaluasi lingkungan.
BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
Di jelaskan tentang metodelogi pemecahan masalah dengan dua cara, yaitu metode kualitatif dan metode kuantiatif.

BAB IV PEMBAHASAN DARI RUMUSAN MASALAH
Bab ini menguraikan pembahasan dari rumusan masalah yang telah di tulis di atas dengan lebih jelas dan efektif

BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari jurnal di atas .


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HAKEKAT DAN MAKNA PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

Ø DEFINISI PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara social di masyarkat maupun di eluarga, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagao proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirsakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa  :
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semamin bertambah usia anak maka semakin kompleks  perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.
     2.2. PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK SD
Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :
1)   Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit.
2)    Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.
3)    Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor,
4)   Pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri.
5)   Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah.
6)  Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama.

Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Perkembangan terjadi dalam proses tempat seseorang terus  menerus meguji kekuatannya berhadapan kekuatan-kekuatan yang datang dari luar. Perlu berusaha, mengatasi dan menaklukannya.
Anak-anak tersebut terus menerus mencoba dan belajar sering lewat pengalaman yang pahit dan keras atas cara-cara yang dapat membuat ia berhasil, dan dalam lingkungan tempat ia harus berkembang.
(foot note ke 1)

     2.3. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1.      Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
Dalam keluarga, terjadi proses sosialisasi yaitu proses pengintegrasian individu ke dalam kelompok sebagai anggota kelompok yang memberikan landasan sebagai makhluk sosial. Di dalam keluarga itu terjadi proses pendidikan dalam arti proses ”pendewasaan” dari individu yang tidak berdaya kepada calon pribadi yang mengenal  pengetahuan dasar, norma sosial, nilai-nilai, dan etika pergaulan.
Keluarga juga berpengaruh terhadap prilaku anak. Anak dapat memiliki prilaku antisosial. Hubungan faktor keluarga dengan prilaku antisosial sudah dikaji ulang oleh Sula Wolf. Ia mendapatkan bahwa faktor-faktor berikut ini secara statistik berhubungan dengan gangguan tingkah laku (Wolf, 1985):
·         Ketiadaan ayah
·         Kehilangan salah satu orangtua karena perceraian ketimbang karena kematian
·         Ibu yang depresi
·         Orangtua yang cepat marah
·         Perpecahan perkawinan
·         Kerugian dalam hal sosioekonomi
·         Ukuran keluarga yang besar
2.      Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3.      Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.      Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

5.      Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Istilah emosi berasal dari kata dalam bahasa latin emotere yang berarti kecenderungan untuk bertindak.Intelegensi emosi adalah konsep hibrida. Artinya, ia merupakan bentukan baru yang menggabungkan antara konsep intelegensi dan emosi. Itulah sebabnya ada yang menyatakan konsep itu aneh, sulit, diterima atau mengada-ngada. Karena, intelegensi dan emosi umumnya dianggap sebagai dua hal yang bertolak belakang. Boleh jadi, karena itu umumnya intelegensi dianggap identik dengan proses mental yang  tertata, sedangkan emosi dianggap identik dengan proses mental yang kacau.
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak  hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

Kalau emosi anak-anak dapat ditenangkan dengan hal-hal yang rasional, mereka akan mampu memasuki bentuk pemahaman yang paling dalam, yang muncul diaktifkan. Keseluruhan kekuatan mental mereka dalam kegiatan bersama-sama, perasaan-perasaan memperkuat daya nalar dan daya nalar memberi terang pada perasaan.

2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK DIDIK

1.      Faktor teman sebaya
Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan  tingkat usia (Hetherington & Parke, 1981). Akan tetapi, belakangan definisi teman sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis (Lewis & Rosenblum, 1975).
Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapahubungan sosial dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting ialah menyediakan suatu sumber informasi dan perbadingan tentang dunia di luar keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan-kemampuan mereka dari kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang meraka lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain. Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan dirinya. Proses perbandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan rasa harga diri dan gambaran diri anak (Hetherington & Parke, 1981).
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya, sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam suasana bermain. Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-sikap menguasai anak-anak lain, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau pola-pola kepribadian.
 Konflik-konflik terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Di satu pihak ia ingin mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh di rumah, sedangkan di pihak lain lingkungan menuntutsi anak untuk memperlihatkan pola yang lain, yang bertentangan dengan pola yang sudah ada, atau sebaliknya. Makin kecil kelompoknya, di mana hubungan-hubungan erat terjadi, makin besar pengaruh kelompok itu terhadap anak, bila dibandingkan dengan kelompok yang besar yang anggota-anggota kelompoknya tidak tetap.
Pada usia anak SD sekitar usia 7 hingga 11 meluangkan lebih dari 40% waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

2. Keragaman budaya
Antara manusia dan kebudayaan terjadi hubungan yang sangat erat, karena menjadi manusia tidak lain adalah merupakan bagian dari hasil kebudayaan itu  sendiri. Hampir semua tindakan manusi merupakan produk kebudayaan. Kecuali tidakan yang sifatnya naluriah saja (animal instinct) yang bukan merupakan kebudayaan. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi, dan akulturasi. Karena itu, budaya bukanlah sesuatu yang statis dan kaku, tetapi senantiasa berubah sesuai perubahan sosial yang ada.
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar pengaruhnya bagi mental dan moral mereka. Ini terbukti dengan sikap dan prilaku anak didik selalu dipengaruhi oleh budaya-budaya yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka.
Pada masa-masa perkembangan, seorang anak didik sangat mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya yang berkembanga di masyarakat, baik budaya yang membawa ke arah prilaku yang positif maupun budaya yang akan membawa ke arah prilaku yang negatif.

3. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah atau mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat.
 Media massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif. Contoh media massa yang sangat berpengaruh adalah media masa saat ini berkembang semakin canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin terasa dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televisi sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam perkembangan melalui acara yang disiarkannya.
Televisi adalah media massa dalam pengertiannya yang sangat dasar, yakni permisif dan massif. Permisif diartikan sebagai sesuatu yang serba boleh. Massif diartikan sebagai secara serentak dan tanpa alternatif. 

2.5. Bentuk – Bentuk Tingkah laku Sosial
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial diantarannya :
1. Pembangkangan (Negativisme)
 Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang  pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.
2. Agresi (Agression)
            Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
     Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
   Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing)
    Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
   Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation)
   Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7.    Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
    Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
   Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya.
9. Simpati (Sympaty)
   Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

4.7       ASPEK-ASPEK YANG DAPAT MEMBANTU PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK SD

1. Memberikan paradigma pendidikan ips
Memberikan pengetahuan social bagi anak sekolah dasar sangat penting guna mengontrol perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat, karena pendidikan ips mencakup interaksi yang ada di masyarakat sehingga anak bisa mengikuti perkembangan sosial dengan positif.
2. Tindakan sosial dan kelembagaan sosial
Tindakan yang harus di berikan kepada anak seusia sd adalah memberikan pendidikan, pengarahan dan pengawasan, sehingga tingkah-laku anak dapat terkontrol seperti bersekolah di sekolah yang bagus, mengikuti les, memgikuti pengajian dll.

3.  Pemecahan dari dampak konflik  dan perubahan sosial                 
Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas dengan yang namanya konflik dan senantiasa mengikuti perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Hendaknya kita sebagai calon pendidikan harus memberikan mencerahan tentang konflik yang sedang di alami anak tersebut, dan memberikan pengarahan kepada anak selalu menghindari konflik karena akan mempengaruhi perkembangan social anak tersebut.
4. Evaluasi lingkungan
Untuk mengawasi anak didik kita dari dampak negatip perkembangan social, hendaknya kita sebagai orang tua murid menperhatikan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh pada trens negatip perkembangan social seperti dalam pergaulan, teman dan budaya di lingkungan tersebut

BAB III
METODOLOGI

3.1     KUALITATIF
Metode ini adalah metode  pengambilan data  dengan variable seperti halnya pendataan perkembangan sosial anak SD dengan cara mengidentifikasi lingkungannya, pendidikan, dan pergaulannya data tersebut dikumpulkan dan di tulis dengan variable. Metode ini sangat berguna untuk membantu penelitian  perkembangan sosial anak SD.
Laporan berdasarkan metode kualitatif mencakup masalah deskripsi murni tentang program dan/ atau pengalaman orang di lingkungan penelitian. Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan yang berada di latar penelitian, dan seperti apa peristiwa atau aktivitas yang terjadi di latar penelitian. Dalam pembacaan melalui catatan lapangan dan wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagian data yang akan diperhalus untuk presentasi sebagai deskripsi murni dalam laporan penelitian. Apa yang akan dimasukan melalui deskripsi tergantung pada pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti. Sering keseluruhan aktivitas dilaporkan secara detail dan mendalam karena mewakili pengalaman khusus. Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang dilaporkan (Genzuk, 2003 : 7-8).

3.2       KUANTIATIF
Metode ini mengumpulkan data yang berbentuk angka seperti halnya jumlah perkembangan sosial anak SD di suatu sekolah dapat di kelompokan dengan data kuantiatif. Contohnya anak yang berperilaku baik 75%, kurang baik 25%.

Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk memperoleh data dan fakta tentang (1) Definisi perkembangan sosial, (2) perkembangan sosial pada anak SD, (3) faktor yang mempengaruhi perkembangan anak SD, (4) bentuk tingkah laku sosial anak SD, (5) pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara.

Temuan Penelitian
Pertama, tentang definisi perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berperilaku yang dapat diterima secara sosial di masyarakat maupun di keluarga, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial anak SD ini
Kedua, tentang perkembangan sosial pada anak SD yang meliputi karakter dan sikapnya. Pada masa ini, anak mulai mengenal lingkungannya. Anak mulai merasa realistis, ingin tahu, dan mulai ingin belajar.
Ketiga, tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan anak SD. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak SD, yaitu keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, dan kapasitas mental. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
Intelegensi emosi adalah konsep hibrida. Artinya, ia merupakan bentukan baru yang menggabungkan antara konsep intelegensi dan emosi.
Keempat, tentang bentuk tingkah laku anak SD. Bentuk tingkah laku anak SD diantaranya, pembangkangan, agresi, bertengkar, menggoda, kerja sama, persaingan, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati.
Kelima, pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku